Minggu, 15 Maret 2015

BIARLAH YANG ABU-ABU HANYA MONYET



Selama ne kaden nak bojog gen ane mewarna abu-abu. Ternyata manusa jeg liu masi ane abu-abu. Manusa model kene madan manusa plin-plan. 

Buka hidup di pasihe. Kije je ombake, kemu ye milu. Sing ngelah pendirian. 

Pak Yan : “Nden, nden malu Man. Nak engken ne uyut?”

Nyoman : “Kene nah Pak Yan. Uyut tiange ulian kene undukne.”

Jani  jeg liu tiba-tiba ngaku menyesal milih jokowi. Minab ulian Jokowi pengenahne selama menjabat konden ade mragatang gae. Liu pertanyaan-pertanyaan ane muncul uli lubuk hati tiange ane paling terdalam. Yen memilih untuk golput, apeke lakar tambah luung gumine ne? 

tiang ngidang ngorang kene, soalne tiang taen nyobak untuk golput. Itupun dugas pemilihan kepala desa. Masalahnya karena tidak ada sosialisasi samasekali dari desa dan akhirnya tidak satupun dari calon kepala desa ini yang saya kenal, atau sekedar tau sepak terjangnya. Pihak desa pelih ulian sing ade ngemang informasi, dan tiang juga mengaku pelih karena tidak mencari tau. Tapi kije mencari tau? Berita pemilihan kepala desa gen mare orine beberapa hari sebelum nyoblos? Nyem kan? 

Mari kembali ke topik. Artine yen iraga memilih golputpun, gumine sing kel karuan beneh kan? Malah bisa tambah benyah kan? tiang memahami kenapa masyarakat bek memilih untuk golput. Selain karena memang tidak peduli siapa yang memimpin, dan juga ada ane merasa kecewa ajak wakil rakyat. Jeg liu ane korupsi dan membuat situasi tambah carut marut. 

Kecewa itu wajar. Tapi apa karena itu akhirnya iraga memilih untuk golput? Yen bagi tiang, golput ini sama dengan pasrah, menyerah. Dan tidak mau menanggung resiko. Kene penjelasane. Ketika iraga memilih wakil rakyat, artine iraga mempercayakan aspirasi kita kepada dirinya. Jadi ketika ia berhasil menjabat, kita ada dalam posisi mengawal kebijakannya. Ketika dia melenceng dalam menjalankan tugas, kemudian adalah resiko dan tugas kita untuk mengembalikan dia pada posisi yang seharusnya, yaitu bekerja demi kepentingan rakyat banyak. 

Jani yen iraga memilih untuk golput, kemudian ketika pemimpin melenceng dari tugasnya, ane golput-golput ne milu uyut? Ngudiang uyut? Kan sing ade milu milih? Yen kel mekite milu uyut, kan milu nae milih? Kemudian ketika pemimpin ane terpilih berhasil mensejahterakan rakyat, ane golput-golput ne milu ancog-ancog demen? Nyak luung kenehe sing milu milih kale mare nak berhasil milu ngedum hasil? Yen nak sing berhasil, sing nyak milu memperbaiki keadaan? Jeg daya adane to. 

Apeke minab manusia abu-abu ne berpikir bahwa Presiden ne jeg pedidiane ngidang meragatang gae agumi Indonesia ne? Tugas masyarakat tuah milih gen, suud to baang ye didian mragatang gae? Kene nah, pak, buk, bli, mbok. Presiden to nak patuh masi manusa care iraga. Ye pedidian kal orin mragatang problem lebih dari dua ratus juta jiwa penduduk Indonesia ne? 

Kene nggih. Tugas Presiden adalah memimpin masyarakatnya untuk memperoleh kesejahteraan dalam kehidupan. Beneh kan? Jeg beneh! Tapi sing komplit. Jani cobak tambah pang komplit, terkait tugas presiden to. Tugas masyarakat juga adalah membantu presiden agar sukses untuk mensejahterakan semua masyarakat. 

To mare adil kan? Ije ade kehidupan sosial cuman satu arah? Kehidupan sosial to harus dua arah. Saling bantu-membantu. 

Selain to, bapak, ibuk kaden liu ane demen mebalih Gede prama, sampai Mario teguh. Pituturne patuh, buk, pak. “Siapa yang bisa membantu diri kita? Ialah diri kita sendiri.” Jani kaitkan ajak presiden. Kadung nyen presidenne, yen mule iraga sing nyak membantu diri kita sendiri untuk bisa jujur, saling bantu-membantu, saling menghargai, dan selalu berpegang teguh kepada kebenaran? Presiden manapun yang memimpin, selama mental masyarakatnya adalah mental yang kompromis terhadap penindasan dan ketidakjujuran, semua akan pocol. Pocollllll, colllll. Percuma bahasa indonesiane. 

Iraga jak konyang konden ngesap kan bahwa irage adalah rakyat? dan para pejabat ane pilih rage to adalah wakil rakyat. Artine posisi rage ada di atas mereka. Iraga harus selalu memantau bagaimana mereka menjalankan tugas.  Kesalahan selama ne adalah penyimpangan yang didiamkan, kemudian menjadi biasa. Akhirne pejabat biasa menyimpang, dan masyarakat biasa disimpangi. Jeg. Pejabat bisa terbiasa menyimpang karena dibantu oleh mental-mental kompromis terhadap penindasan dan rakus akan kekuasaan dan harta. 

Kemudian selama ini masyarakat mungkin merasa lelah melawan, kemudian pasrah ditipu. Nah! Inilah dia tujuan dari manusia-manusia culas itu. Masyarakat dipersulit dengan segala cara. Ekonomi dipermainkan, peraturan dicarutmarutkan sehingga aspek kehidupan lain terpengaruh besar. Sementara masyarakat terpusingkan dengan semua itu, penguasa culas memanfaatkannya untuk keruk-mengeruk. Keruk segalanya sampai rasa-rasanya tujuh dikali seribu keturunannya akan bisa tetap kaya selamanya. jangan sampai menyerah. ketika kita menyerah, mereka memasang topeng sedih, namun wajah aslinya tertawa.

menurut kawan-kawan semua, apa nikmat bermandikan kekayaan ketika ada orang masih kesusahan untuk mendapat setetes air? apalagi kekayaan itu diperoleh dari mencurangi masyarakat yang hidupnya sudah berat.keturunan mereka bukan akan bahagia tujuh turunan. namun terkutuk tujuh turunan.

Intinya, semakin besar upaya pemerintah untuk menipu masyarakat harus diimbangi dengan dua kali upaya masyarakat agar tidak ditipu oleh pemerintah. Caranya bagaimana? Cari tahu. Bantu membantu. Eratkan hubungan antar masyarakat. Tapi, sadar tidak bahwa hubungan manusiapun telah dipecah akibat agama yang berbeda, budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, warna kulit yang berbeda, tingkat ekonomi yang berbeda, dll. Kemudian apa kalian tidak sadar carut marut ini sengaja dibuat dengan satu tujuan. Agar masyarakat sibuk mengurusi masalah tersebut, kemudian ada pihak yang kantongnya menjadi tebal tujuh turunan dengan semua kekacauan itu? Artinya kekacauan itu sengaja dibuat untuk kita. 

Ada yang mengaburkan makna perbedaan yang indah menjadi suatu kenistaan. Ingat, semua memang diciptakan berbeda di dunia ini. Coba kalau kamu tidak berbeda dengan pasangan hidupmu? Apa lahir itu keturunanmu yang indah? Satukan perbedaan dengan saling pengertian. Ketika perbedaan mampu berjalan berdampingan, satu hasil yang dapat dicapai, yaitu keindahan. Bayangkan jika lukisan pemandangan isinya hanya gunung dan gunung. Tanah berwarna hijau, dan langit juga berwarna hijau. Tidak ada sungai yang jernih, tidak ada bebatuan legam yang kokoh, dengan warna yang beragam. apa lukisan itu Nampak indah? 

Yen iraga nu uyut ajak ne madan perbedaan, jeg hapus semboyan Negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu. Jeg hapus. 

Pih jeg mileh dadine pembahasane ulian gemes ken manusa abu-abu ne. kembali ke pembahasan utama. Disaget ugan ne Prabowo ane menek dadi presiden, ape suba jamin masi Negara ne kal lebih luung? Sing kan? Trus nyanan disubane konyang presidene gagal, nyen je kenehne manusa abu-abu ne pang memimpin Negara ne menuju kesejahteraan? Manusa abu-abu ane pasrah menyerah ne? memperbaiki keadaan Negara yang sudah diwarisi kekacauan sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun ini tidak semudah mengucapkan kritik terhadap kerja pemimpin terpilih. Yen ngelah waktu lebih, bukannya lebih baik digunakan untuk membangun mental positif yang berguna dalam menuju kesejahteraan bersama? Daripada digunakan untuk menggerutu, berprasangka buruk, dan menebarkan pesimisme kepada masyarakat. 

Jokowi ngidang ngorahin ajak ngemang konsep revolusi mental gen jak iraga. Tapi kel antiang jokowi untuk merevolusi mental iraga? Sing keto cara kerjane, buk,pak. Hanya kita sendiri yang dapat merevolusi mental kita. Dengan catatan mau untuk merevolusinya. Kemudian untuk menyebarkannya sangat mudah, namun mungkin memerlukan waktu yang lama. Perlahan namun pasti. Lakukan hal positif pada diri dan kehidupan sendiri. Ketika kita berhasil dengan kehidupan seperti itu, orang lain akan terinspirasi untuk mengikutinya. 

Intinya untuk menjalankan Negara ini, semua pihak sangat diperlukan. Presiden bukan manusia sakti yang bisa menyelesaikan masalah dengan sekali kedipan mata. Oh ya. Jangan juga pasrah menyerahkan nasib ini kepada Tuhan. Yen indayang sekadi di bali. Yen sedeng macet, Betarapun tidak bisa lewat saat sedang melancaran negak truk. Apalagi presiden yang cuma manusia biasa? Hmmm. Tapi presiden bisa memerintahkan polisi untuk melancarkan jalur yang akan dilaluinya. Jadi? Jangan pasrah pada Tuhan maupun pada presiden. Percaya pada diri sendiri, percaya pada tuhan sebagai pedoman selalu berbuat yang baik dan mari bantu presiden menjalankan Negara.

Nah amonto dumun, Pak, Buk, Bli, Mbok. Tumben tiang nulis di blog setelah sekian lamanya. Dan tiang ingin meluruskan pernyataan tiang di awal tadi. Tiang mengungkapkan ternyata ada manusia abu-abu. Tiang kira hanya monyet yang abu-abu. 

Tiang luruskan. Tidak ada ‘Iya’ dan ‘tidak’ dalam waktu bersamaan. Semua hal pasti dihadapkan pada pilihan. Tidak ada ‘setuju’ dan ‘tidak setuju’ dalam waktu bersamaan. Karena ketika memilih untuk menjadi abu-abu,maka tidak akan ada solusi yang bisa dicapai. Kemudian di Negara yang banyak terjadi penindasan ini,  memilih untuk diam ketika melihat penindasan, sama dengan memihak para penindas.

Jadi seharusnya memang tidak ada manusia abu-abu. Biarlah yang abu-abu hanya monyet.



Catatan : terimakasih manusia abu-abu, telah menggelorakan semangat saya untuk menulis lagi. :)))

1 komentar: