Selama ne kaden nak bojog gen ane mewarna
abu-abu. Ternyata manusa jeg liu masi ane abu-abu. Manusa model kene madan
manusa plin-plan.
Buka hidup di pasihe. Kije je ombake, kemu ye
milu. Sing ngelah pendirian.
Pak Yan : “Nden, nden malu Man. Nak engken ne
uyut?”
Nyoman : “Kene nah Pak Yan. Uyut tiange ulian
kene undukne.”
Jani jeg
liu tiba-tiba ngaku menyesal milih jokowi. Minab ulian Jokowi pengenahne selama
menjabat konden ade mragatang gae. Liu pertanyaan-pertanyaan ane muncul uli
lubuk hati tiange ane paling terdalam. Yen memilih untuk golput, apeke lakar
tambah luung gumine ne?
tiang ngidang ngorang kene, soalne tiang taen
nyobak untuk golput. Itupun dugas pemilihan kepala desa. Masalahnya karena
tidak ada sosialisasi samasekali dari desa dan akhirnya tidak satupun dari
calon kepala desa ini yang saya kenal, atau sekedar tau sepak terjangnya. Pihak
desa pelih ulian sing ade ngemang informasi, dan tiang juga mengaku pelih
karena tidak mencari tau. Tapi kije mencari tau? Berita pemilihan kepala desa
gen mare orine beberapa hari sebelum nyoblos? Nyem kan?
Mari kembali ke topik. Artine yen iraga memilih
golputpun, gumine sing kel karuan beneh kan? Malah bisa tambah benyah kan? tiang
memahami kenapa masyarakat bek memilih untuk golput. Selain karena memang tidak
peduli siapa yang memimpin, dan juga ada ane merasa kecewa ajak wakil rakyat. Jeg
liu ane korupsi dan membuat situasi tambah carut marut.
Kecewa itu wajar. Tapi apa karena itu akhirnya
iraga memilih untuk golput? Yen bagi tiang, golput ini sama dengan pasrah,
menyerah. Dan tidak mau menanggung resiko. Kene penjelasane. Ketika iraga
memilih wakil rakyat, artine iraga mempercayakan aspirasi kita kepada dirinya. Jadi
ketika ia berhasil menjabat, kita ada dalam posisi mengawal kebijakannya. Ketika
dia melenceng dalam menjalankan tugas, kemudian adalah resiko dan tugas kita
untuk mengembalikan dia pada posisi yang seharusnya, yaitu bekerja demi
kepentingan rakyat banyak.
Jani yen iraga memilih untuk golput, kemudian
ketika pemimpin melenceng dari tugasnya, ane golput-golput ne milu uyut? Ngudiang
uyut? Kan sing ade milu milih? Yen kel mekite milu uyut, kan milu nae milih? Kemudian
ketika pemimpin ane terpilih berhasil mensejahterakan rakyat, ane golput-golput
ne milu ancog-ancog demen? Nyak luung kenehe sing milu milih kale mare nak
berhasil milu ngedum hasil? Yen nak sing berhasil, sing nyak milu memperbaiki
keadaan? Jeg daya adane to.
Apeke minab manusia abu-abu ne berpikir bahwa
Presiden ne jeg pedidiane ngidang meragatang gae agumi Indonesia ne? Tugas
masyarakat tuah milih gen, suud to baang ye didian mragatang gae? Kene nah,
pak, buk, bli, mbok. Presiden to nak patuh masi manusa care iraga. Ye pedidian
kal orin mragatang problem lebih dari dua ratus juta jiwa penduduk Indonesia ne?
Kene nggih. Tugas Presiden adalah memimpin
masyarakatnya untuk memperoleh kesejahteraan dalam kehidupan. Beneh kan? Jeg beneh!
Tapi sing komplit. Jani cobak tambah pang komplit, terkait tugas presiden to.
Tugas masyarakat juga adalah membantu presiden agar sukses untuk
mensejahterakan semua masyarakat.
To mare adil kan? Ije ade kehidupan sosial cuman
satu arah? Kehidupan sosial to harus dua arah. Saling bantu-membantu.
Selain to, bapak, ibuk kaden liu ane demen
mebalih Gede prama, sampai Mario teguh. Pituturne patuh, buk, pak. “Siapa yang
bisa membantu diri kita? Ialah diri kita sendiri.” Jani kaitkan ajak presiden.
Kadung nyen presidenne, yen mule iraga sing nyak membantu diri kita sendiri
untuk bisa jujur, saling bantu-membantu, saling menghargai, dan selalu
berpegang teguh kepada kebenaran? Presiden manapun yang memimpin, selama mental
masyarakatnya adalah mental yang kompromis terhadap penindasan dan
ketidakjujuran, semua akan pocol. Pocollllll, colllll. Percuma bahasa
indonesiane.
Iraga jak konyang konden ngesap kan bahwa irage
adalah rakyat? dan para pejabat ane pilih rage to adalah wakil rakyat. Artine posisi
rage ada di atas mereka. Iraga harus selalu memantau bagaimana mereka
menjalankan tugas. Kesalahan selama ne
adalah penyimpangan yang didiamkan, kemudian menjadi biasa. Akhirne pejabat
biasa menyimpang, dan masyarakat biasa disimpangi. Jeg. Pejabat bisa terbiasa
menyimpang karena dibantu oleh mental-mental kompromis terhadap penindasan dan
rakus akan kekuasaan dan harta.
Kemudian selama ini masyarakat mungkin merasa
lelah melawan, kemudian pasrah ditipu. Nah! Inilah dia tujuan dari manusia-manusia
culas itu. Masyarakat dipersulit dengan segala cara. Ekonomi dipermainkan,
peraturan dicarutmarutkan sehingga aspek kehidupan lain terpengaruh besar. Sementara
masyarakat terpusingkan dengan semua itu, penguasa culas memanfaatkannya untuk
keruk-mengeruk. Keruk segalanya sampai rasa-rasanya tujuh dikali seribu
keturunannya akan bisa tetap kaya selamanya. jangan sampai menyerah. ketika kita menyerah, mereka memasang topeng sedih, namun wajah aslinya tertawa.
menurut kawan-kawan semua, apa nikmat bermandikan kekayaan ketika ada orang masih kesusahan untuk mendapat setetes air? apalagi kekayaan itu diperoleh dari mencurangi masyarakat yang hidupnya sudah berat.keturunan mereka bukan akan bahagia tujuh turunan. namun terkutuk tujuh turunan.
Intinya, semakin besar upaya pemerintah untuk
menipu masyarakat harus diimbangi dengan dua kali upaya masyarakat agar tidak
ditipu oleh pemerintah. Caranya bagaimana? Cari tahu. Bantu membantu. Eratkan hubungan
antar masyarakat. Tapi, sadar tidak bahwa hubungan manusiapun telah dipecah akibat
agama yang berbeda, budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, warna kulit yang
berbeda, tingkat ekonomi yang berbeda, dll. Kemudian apa kalian tidak sadar
carut marut ini sengaja dibuat dengan satu tujuan. Agar masyarakat sibuk
mengurusi masalah tersebut, kemudian ada pihak yang kantongnya menjadi tebal
tujuh turunan dengan semua kekacauan itu? Artinya kekacauan itu sengaja dibuat
untuk kita.
Ada yang mengaburkan makna perbedaan yang indah
menjadi suatu kenistaan. Ingat, semua memang diciptakan berbeda di dunia ini. Coba
kalau kamu tidak berbeda dengan pasangan hidupmu? Apa lahir itu keturunanmu
yang indah? Satukan perbedaan dengan saling pengertian. Ketika perbedaan mampu
berjalan berdampingan, satu hasil yang dapat dicapai, yaitu keindahan. Bayangkan
jika lukisan pemandangan isinya hanya gunung dan gunung. Tanah berwarna hijau,
dan langit juga berwarna hijau. Tidak ada sungai yang jernih, tidak ada
bebatuan legam yang kokoh, dengan warna yang beragam. apa lukisan itu Nampak indah?
Yen iraga nu uyut ajak ne madan perbedaan, jeg
hapus semboyan Negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Yang artinya berbeda-beda
tapi tetap satu. Jeg hapus.
Pih jeg mileh dadine pembahasane ulian gemes ken
manusa abu-abu ne. kembali ke pembahasan utama. Disaget ugan ne Prabowo ane
menek dadi presiden, ape suba jamin masi Negara ne kal lebih luung? Sing kan? Trus
nyanan disubane konyang presidene gagal, nyen je kenehne manusa abu-abu ne pang
memimpin Negara ne menuju kesejahteraan? Manusa abu-abu ane pasrah menyerah ne?
memperbaiki keadaan Negara yang sudah diwarisi kekacauan sejak puluhan bahkan
mungkin ratusan tahun ini tidak semudah mengucapkan kritik terhadap kerja
pemimpin terpilih. Yen ngelah waktu lebih, bukannya lebih baik digunakan untuk
membangun mental positif yang berguna dalam menuju kesejahteraan bersama? Daripada
digunakan untuk menggerutu, berprasangka buruk, dan menebarkan pesimisme kepada
masyarakat.
Jokowi ngidang ngorahin ajak ngemang konsep
revolusi mental gen jak iraga. Tapi kel antiang jokowi untuk merevolusi mental
iraga? Sing keto cara kerjane, buk,pak. Hanya kita sendiri yang dapat
merevolusi mental kita. Dengan catatan mau untuk merevolusinya. Kemudian untuk
menyebarkannya sangat mudah, namun mungkin memerlukan waktu yang lama. Perlahan
namun pasti. Lakukan hal positif pada diri dan kehidupan sendiri. Ketika kita
berhasil dengan kehidupan seperti itu, orang lain akan terinspirasi untuk
mengikutinya.
Intinya untuk menjalankan Negara ini, semua
pihak sangat diperlukan. Presiden bukan manusia sakti yang bisa menyelesaikan
masalah dengan sekali kedipan mata. Oh ya. Jangan juga pasrah menyerahkan nasib
ini kepada Tuhan. Yen indayang sekadi di bali. Yen sedeng macet, Betarapun
tidak bisa lewat saat sedang melancaran negak truk. Apalagi presiden yang cuma manusia
biasa? Hmmm. Tapi presiden bisa memerintahkan polisi untuk melancarkan jalur
yang akan dilaluinya. Jadi? Jangan pasrah pada Tuhan maupun pada presiden. Percaya
pada diri sendiri, percaya pada tuhan sebagai pedoman selalu berbuat yang baik dan
mari bantu presiden menjalankan Negara.
Nah amonto dumun, Pak, Buk, Bli, Mbok. Tumben tiang
nulis di blog setelah sekian lamanya. Dan tiang ingin meluruskan pernyataan
tiang di awal tadi. Tiang mengungkapkan ternyata ada manusia abu-abu. Tiang kira
hanya monyet yang abu-abu.
Tiang luruskan. Tidak ada ‘Iya’ dan ‘tidak’
dalam waktu bersamaan. Semua hal pasti dihadapkan pada pilihan. Tidak ada ‘setuju’
dan ‘tidak setuju’ dalam waktu bersamaan. Karena ketika memilih untuk menjadi
abu-abu,maka tidak akan ada solusi yang bisa dicapai. Kemudian di Negara yang
banyak terjadi penindasan ini, memilih
untuk diam ketika melihat penindasan, sama dengan memihak para penindas.
Jadi seharusnya memang tidak ada manusia abu-abu. Biarlah yang abu-abu hanya monyet.
Catatan : terimakasih manusia abu-abu, telah
menggelorakan semangat saya untuk menulis lagi. :)))
Cara maca bungklang bungkling asane, hehe..
BalasHapus